Dahulu kala, di Kerajaan Pajajaran yang indah, hiduplah seorang raja tua yang bijaksana, Prabu Siliwangi. Raja ini memiliki dua permaisuri dan empat orang putra-putri yang berbeda ibu. Dari permaisuri pertama, Banyak Cotro dan Banyak Ngampar lahir, sementara permaisuri kedua, Kumudaningsih, melahirkan Banyak Blabur dan Dewi Pamungkas.
Ketika waktu menjelang raja tua ini ingin menyerahkan tahtanya kepada salah satu dari putra-putrinya, Banyak Cotro yang seharusnya menjadi penerus menolak. Ia ingin mencari permaisuri yang cantik seperti ibunya sebelum menjadi raja. Dengan memberi dirinya nama Raden Kamandaka dan menyamar sebagai rakyat biasa, Banyak Cotro memulai perjalanannya mencari cinta sejati.
Ia bertemu dengan seorang pendeta sakti, Ki Ajar Winarong, yang memberinya petunjuk untuk menemukan Dewi Ciptoroso. Namun, Raden Kamandaka harus melepaskan semua kemewahannya dan menyamar sebagai Raden Kamandaka dengan pakaian sederhana.
Di perjalanannya, Raden Kamandaka sampai di Kadipaten Pasir Luhur, di mana ia diadopsi oleh Patih Reksonoto dan bertemu dengan Dewi Ciptoroso, putri yang parasnya mirip ibunya. Namun, kebahagiaan mereka terhenti saat Raden Kamandaka dianggap pencuri dan harus melarikan diri.
Pada petualangannya, Raden Kamandaka bertemu dengan Silihwarni, adiknya, yang menyamar untuk mencarinya. Mereka bersatu dan bersama-sama melanjutkan perjalanan. Namun, pertemuan dengan Adipatih Pasir Luhur membawa malapetaka. Silihwarni mengejar Raden Kamandaka, dan pertarungan mereka menjadi sengit.
Untuk menyelamatkan diri, Raden Kamandaka menyelam ke sungai dan dianggap meninggal oleh Adipatih Pasir Luhur. Namun, dalam pelariannya, Raden Kamandaka bertemu dengan seorang pemancing bernama Rekajaya, yang menjadi temannya.
Dalam petualangannya, Raden Kamandaka mengalami berbagai rintangan dan berakhir di sebuah goa. Di sana, ia mendapat petunjuk untuk mendapatkan cinta sejati dan menyelamatkan Kadipaten Pasir Luhur. Melalui berbagai kejadian, termasuk pertarungan antara Lutung Kasarung (wujud Raden Kamandaka) dengan Raja Pule Bahas, akhirnya Dewi Ciptoroso mengetahui identitas sebenarnya Raden Kamandaka.
Pada akhirnya, Raden Kamandaka dan Silihwarni berdamai, dan Dewi Ciptoroso dapat menikahi Raden Kamandaka setelah menyadari bahwa cinta sejati tidak melihat penampilan luar. Mereka hidup bahagia, dan Raden Kamandaka menjadi Adipatih di Pasir Luhur, sementara Banyak Blabur menjadi Raja Pajajaran.
Pesan Moral yang bisa diambil pelajaran dari cerita ini
Pesan moral yang bisa diambil dari cerita ini adalah bahwa cinta sejati tidaklah tergantung pada penampilan fisik atau status sosial. Lebih penting untuk melihat kebaikan hati, keberanian, dan kesetiaan seseorang. Selain itu, cerita ini juga mengajarkan tentang pentingnya berdamai dan memaafkan untuk menciptakan kehidupan yang harmonis.
Peribahasa yang sesuai dengan cerita ini adalah "Tak kenal maka tak sayang." Artinya, kita perlu mengenal seseorang lebih dalam untuk bisa merasakan dan memahami nilai sejati yang dimilikinya. Penampilan luar atau status sosial tidak selalu mencerminkan nilai-nilai yang sebenarnya.